MajalahInspiratif.com, Jakarta – Mendampinngi sang suami yang mengemban amanah sebagai pemimpin Kabupaten Pulau Taliabu, Maluku Utara, menuntun Hj. Zahra Yolanda turut berkomitment dalam menjalankan kepercayaan masyarakat. Berbagai program kerja yang dicanangkan di masa kampanye pun terus direalisasikan, salah satunya membentuk generasi emas yang bukan hanya sehat secara jasmani dan rohani, tapi juga memiliki intelektulitas tinggi.
Di balik kesuksesan seorang suami, selalu ada tangan istri yang senantiasa memberikan dukungan. Kalimat bijak inilah yang mendorong Hj. Zahra Yolanda, setia mendampingi sang suami, H. Aliong Mus, S.T. mengemban amanah sebagai orang nomor satu di Kabupaten Pulau Taliabu, Maluku Utara, selama tiga periode berturut-turut.
Perempuan cantik nan bersahaja yang akrab disapa Hj. Zahra ini, bahkan tak segan mencetuskan ide-ide cemerlang yang memudahkan suaminya dalam merealisasikan program-program kerjanya. Dikenal dekat dengan masyarakat, Hj. Zahra aktif memerankan tugas sebagai Ketua PKK Taliabu, Maluku Utara.
Bangun Generasi Emas. Dijabarkan Hj. Zahra, salah satu program kerja yang ingin dicapai Bupati Kab. Pulau Taliabu, Maluku Utara adalah membangun generasi penerus yang kelak mampu berperan baik di dalam masyarakat luas. Hal tersebut tentu harus dipupuk sejak dini, bahkan saat generasi baru belum terlahir ke dunia.
“Sebagai Duta Orangtua Hebat, saya dan suami tetap berkomitmen untuk membangun generasi mendatang yang lebih berkualitas baik dalam fisik, mental, intelektual dan spiritual. Artinya membangun generasi yang berakhlak mulia dalam fisik yang sehat. Untuk itu, kami selalu memastikan Posyandu aktif di semua desa dalam memberikan pelayanan pemantauan tumbuh kembang balita melalui Kartu Menuju Sehat (KMS) masing-masing oleh kader yang terlatih, kontrol ibu hamil dan merujuk ke Puskesmas bila perlu, memastikan setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya serta mendampingi ibu menyusui agar ASI tetap berkualitas. Membentuk dan mengelola kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) di seluruh desa atau kelurahan juga menjadi fokus kami,” papar Hj. Zahra.
Di dalam organisasi PKK yang digawangi, Hj. Zahra juga mencanangkan program-program yang terus disosialisasikan demi meningkatkan kesejahteraan keluarga. Yakni melalui 10 Program PKK secara berkelanjutan. Di antaranya memastikan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan dasar atau sosial dasar melalui Posyandu, membina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI), mengimplementasi Duta Orangtua Hebat, mengajak masyarakat menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), menjalankan Gerakan Masyarakat Hidup Bersih Sehat (GERMAS) hingga mencegah stunting atau gizi buruk pada bayi dan balita.
“Kami juga memastikan enam layanan bagi ibu dan anak terpenuhi, yaitu mencakup administrasi kependudukan anak dan kepemilikan Jaminan Kesehatan, pengasuhan atau parenting bersama, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak, pembentukan karakter anak, promotif dan preventif pemeliharaan kesehatan, gizi dan perlindungan anak serta rujukan konseling, perawatan maupun bantuan sosial,” jabarnya.
Mengentaskan Angka Stunting. Dalam upaya mencegah dan melakukan percepatan penurunan angka stunting, Hj. Zahra selaku penggerak PKK Pulau Taliabu, Maluku Utara, terus menyusun program kerja nyata yang melibatkan banyak pihak.
“Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, untuk itu persoalan gizi bukan hanya masalah PKK atau masalah perempuan tetapi masalah semua pihak, semua sektor dan seluruh lapisan masyarakat baik laki maupun perempuan. Upaya perbaikan gizi masyarakat bagi peningkatan mutu gizi perseorangan hingga masyarakat dilakukan dari kandungan hingga lanjut usia dengan prioritas kelompok rawan yaitu bayi dan balita, remaja perempuan serta ibu hamil dan menyusui,” tekan perempuan kelahiran Tangerang, 17 September ini.
Dituturkan Hj. Zahra, pengentasan angka gizi buruk dapat dilakukan melalui perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang, perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan, program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita, ibu kurang energi kronis, maupun remaja anemia, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi, serta peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
“Goal terdekat yang ingin dicapai adalah bergerak bersama, berkolaborasi dengan multipihak dan lintas sektor dalam mencegah dan melakukan percepatan penurunan angka stunting. Karena masalah gizi buruk bukan semata-mata persoalan bangsa di masa sekarang saja, tetapi juga menyangkut masa depan, karena anak-anak adalah generasi penerus bangsa,” tegasnya.
Gaungkan Kesetaraan. Sebagai sosok yang begitu mengidolakan RA. Kartini, Hj. Zahra berperan aktif dalam menggaungkan kesetaraan dan keadilan gender. Untuk itu ia mengajak kaum hawa tampil mandiri dan menjadi perempuan cerdas, yakni Cerdas Kodrati, Cerdas Tradisi, Cerdas Sosial dan Cerdas Profesi.
“Perempuan merupakan madrasah pertama generasi baru, untuk itu perempuan harus cerdas baik Cerdas Kodrati yakni menerima amanah Tuhan untuk haid, hamil-melahirkan dan menyusui, sehingga kelak bisa melahirkan generasi berakhlak mulia. Karena pendidikan akhlak mulia sepatutnya diberikan sejak janin dalam kandungan dan terus berlanjut sampai orang tersebut meninggal dunia. Selain itu, perempuan juga harus Cerdas Tradisi, yakni mampu memilah mana tradisi dalam masyarakat yang baik untuk diikuti dan mana yang tidak. Misalnya perempuan hamil tidak boleh makan telur, udang, kepiting dan lain-lain, akibatnya mereka anemia dan kurang protein yang tentu berpengaruh pada janin. Kemudian Cerdas Sosial, perempuan perlu tahu tatakrama sosial budaya di lingkup masing-masing sehingga mampu memilih dan memilah yang baik dan yang merugikan agar perlahan tapi pasti tidak diteruskan. Serta Cerdas Profesi, memperjuangkan cita-cita yang ingin dicapai di samping menjalani peran sebagai ibu yang merupakan amanah Tuhan YME,” tutur Hj. Zahra.
Hj. Zahra juga mengingatkan perempuan Indonesia untuk menjadi penerus cita-cita RA. Kartini, yang gigih memperjuangkan emansipasi untuk kemajuan perempuan. Beliau mengajarkan bagaimana seorang perempuan mempunyai kesempatan yang sama, peluang, dan pandangan yang sama dengan laki-laki dalam hal meraih cita-cita, belajar, dan berbagai hal lainnya.
“Mendidik bukan hanya sekadar membuat seseorang menjadi pintar ilmu pengetahuan semata, tetapi diimbangi dengan watak budi pekerti yang baik. Dan itu hanya bisa didapatkan melalui pendidikan dari seorang ibu di dalam sebuah keluarga yang menentukan arah perkembangan seorang anak.Teruskan cita-cita dan amanah RA. Kartini dengan kemauan keras dalam bentuk kreasi, ide, dan kreativitas. Sukses bukanlah kebetulan, sukses adalah kerja keras, tekun belajar, berkorban, dan mencintai pekerjaan Anda,” lanjutnya.
Meski demikian, Hj. Zahra mengajarkan kaum perempuan terutama mereka yang telah berstatus sebagai seorang istri, untuk mentaati suami sepanjang tidak menyalahi hukum atau ketentuan dalam masyarakat. “Bahwa dalam satu keluarga, laki laki menjadi kepala keluarga adalah suatu hal yang lumrah karena tidak mungkin satu kapal memiliki dua nakhoda. Namun, perempuan juga pantas dihormati dan mendapatkan hak yang sama di dalam bermasyarakat. Karena meski laki-laki lebih kuat secara fisik tetapi tetap dia harus menghargai perempuan, Karena bagaimanapun ia terlahir dari rahim seorang perempuan,” ujar Hj. Zahra, penuh nasehat.
Bijak Menyikapi Era Digital. Perkembangan era digital yang kian pesat menurut Hj. Zahra juga patut diikuti oleh kaum hawa. Bukan sekadar have fun, tapi juga menjadi media pengembangan diri dan memperluas wawasan serta link.
Hj. Zahra juga menilai, kehadiran digitalisasi menjadikan perempuan semakin handal dalam segala hal. Tidak sedikit perempuan di Indonesia yang melakukan aktivitas dengan memanfaatkan digital seperti menggeluti bisnis online berupa pakaian, kuliner, kosmetik, cinderamata, aksesoris, produk kesehatan, peralatan rumah tangga dan sebagainya, ojek online, tutorial kecantikan dan memasak melalui kanal YouTube, bahkan menjadi admin sebuah website.
“Era digital akan terus mengalami dinamika, tentunya semakin canggih. Maka dari itu, sudah seharusnya perempuan Indonesia hebat dalam pola pikir, cara pandang dan menjadikan digital bukan suatu tantangan tapi perubahan era yang harus dihadapi, dinikmati dan dijalani. Seperti halnya laki laki, perempuan juga tidak boleh berdiam diri dengan acuh terhadap perkembangan teknologi. Jadi tetap harus belajar bersama pria, terutama tentang literasi digital. Karena hingga saat ini stereotype mengenai perempuan yang dianggap kurang menguasai teknologi, permesinan dan electricity, masih begitu tinggi,” ucapnya, lirih.
Akan tetapi, Hj. Zahra mengingatkan perempuan agar bijak menyikapi era digital. Di antaranya dengan lebih berhati-hati dalam men-share berita agar tidak terjebak hoax. “Jangan sampai sebagai ibu ikut menyebarkan hoax yang akan dicontoh oleh putra-putri kita,” imbuhnya.
Dukung UMKM. Demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pulau Taliabu, Maluku Utara, Hj. Zahra yang juga menjadi Penasehat DPW ini sangat mendukung usaha-usaha kecil menengah yang dijalankan masyarakat sekitar.
Ia melihat kontribusi sektor UMKM dalam meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tidak luput dari peran perempuan baik sebagai pelaku usaha (pengusaha) maupun sebagai pekerja.
“Peran perempuan di sektor UMKM umumnya terkait dengan bidang perdagangan dan industri pengolahan seperti warung makan, toko kecil, pengolahan makanan dan industri kerajinan. Karena usaha ini bisa dilakukan di rumah sehingga tidak melupakan peran perempuan sebagai ibu rumah tangga. Meskipun awalnya hanya sebagai pekerjaan sampingan untuk membantu suami dan menambah pendapatan rumah tangga, tetapi bisa menjadi sumber pendapatan rumah tangga utama apabila dikerjakan dengan sungguh-sungguh,” terangnya.
Tak heran bila pemerintah setempat sangat mendukung pegiat UMKM untuk terus berkembang. Di antaranya dengan memberikan pembinaan kepada UMKM yang dikelola perempuan dengan menyediakan bantuan kredit lunak, hingga membekali mereka dengan pelatihan kewirausahaan maupun manajemen. Agar UMKM yang dikelola perempuan bisa berkembang dengan baik.
“Dengan menjadi pegiat UMKM diharapkan perempuan bisa mencapai kemerdekaan secara finansial. Tentunya sesuai kesepakatan suami-istri sehingga tidak terjadi seperti pepatah ‘Besar pasak daripada tiang’. Untuk itu perlu ada keterbukaan saling percaya, saling asah, saling asih, dan saling asuh antar keduanya,” ucap Hj. Zahra.
Mandiri dengan Menggeluti Bisnis Fashion
Ilmu terkait dunia bisnis yang kerap dibagikan Hj. Zahra kepada UMKM, bukan sebatas teori. Karena perempuan yang sempat berkarier sebagai penyanyi dan pemain sinetron ini juga memiliki bisnis di bidang fashion. Meski sempat terdampak pandemi Covid-19, namun ia berusaha untuk terus bergerak dan menggunakan media jejaring secara online maupun offline dengan mengirim produk pada daerah yang menjadi target market. Di antaranya ke Ternate dan Taliabu.
Menawarkan produk sandang berupa pakaian dan jilbab, harga yang ditawarkan Hj. Zahra relatif terjangkau. Sebagai bentuk promosi, ia maupun anggota PKK Taliabu, Maluku Utara, kerap mengenakan produk fashion yang dirancang pada setiap kesempatan.
Kepada UMKM binaan Pemerintah Kab. Pulau Taliabu, Maluku Utara, Hj. Zahra, yang juga berstatus sebagai mahasiswi Semester 2 Universitas Terbuka ini, selalu menekankan kreativitas dan mengajak mereka untuk selalu beradaptasi dengan perkembangan bisnis, sehingga produk yang dihasilkan memiliki keunikan dan keunggulan yang berbeda dengan kabupaten lain.
Sayangi Diri dengan Merawat Kesehatan dan Kecantikan
Di tengah kesibukan menjalani peran sebagai ibu rumah tangga, istri Bupati sekaligus pebisnis, tidak menghalangi Hj. Zahra meluangkan waktu untuk me time. Bagi perempuan cantik berkulit putih ini, hal ini penting diselipkan di sela waktu, agar ia bisa melepas penat dan mengembalikan mood menjadi lebih positif.
“Sangatlah penting bagi perempuan untuk mengerti dan memiliki kesadaran akan self care, mengacu pada kegiatan yang dilakukan oleh individu, keluarga maupun masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, mengurangi terjadinya penyakit, serta berdaya memulihkan kesehatan diri sendiri serta anak-anaknya. Self care akan berdampak besar pada kemampuan seseorang untuk mewujudkan perawatan kesehatan yang lebih baik secara mandiri. Perempuan harus merawat dirinya sejak dini, menjadi cantik untuk dirinya sendiri. Dan buat saya, hal ini merupakan salah satu revolusi mental yang perlu dimulai dari diri sendiri, keluarga dan masyarakat,” ungkap perempuan yang biasa mengisi me time dengan menari, mendengarkan musik dan mengikuti kelas senam atau gym ini.
Tanamkan Kemandirian dan Toleransi Sejak Dini
Kekompakan Hj. Zahra dan H. Aliong Mus bukan hanya dengan saling mendukung karier maupun bisnis yang dijalankan, tapi juga dalam mendidik dan membesarkan buah hati. Keduanya juga senantiasa bahu membahu dalam mendukung cita-cita yang menjadi impian ketiga putra mereka, yakni Muhammad Azzam Mus (Kelas 2 SD), Muhammad Tawafi Rezgy Mus (Kelas 1 SD) dan Ahmad Husein Mus (1 tahun 5 bulan).
Namun, pantang bagi Hj. Zahra maupun suami memanjakan anak-anak dengan menuruti semua kemauan mereka. “Mendukung bukan berarti memanjakan, karena akan berujung pada kemalasan, membuat anak-anak tidak pernah belajar merasakan sakit ketika mereka jatuh atau mengalami kegagalan,” tegasnya.
Dalam keseharian, Hj. Zahra juga menerapkan pendidikan agama kepada anak-anak sejak dini. Yaitu keyakinan bahwasanya manusia merupakan mahluk yang lemah dan segala sesuatu yang dimiliki hanyalah titipan Tuhan,dan sewaktu-waktu akan kembali kepada-Nya.
“Sejak kecil, kami juga menanamkan toleransi beragama kepada anak-anak. Agar mereka memahami bahwa semua agama menuju pada Tuhan Yang Maha Esa, hanya cara dan jalannya yang berbeda-beda. Kami sampaikan juga tentang wawasan kebangsaan di mana Indonesia dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, memiliki lebih dari 17.000 pulau, serta ribuan suku dan bahasa,” tutur perempuan yang disiplin dalam menjalani pola hidup sehat ini.