MajalahInspiratif.com, Jakarta – Sebagai seorang yang ‘skincare minded’, Handrini yang terdorong hasil instan sempat berganta-ganti produk perawatan kulit bahkan terjebak rayuan skincare abal-abal. Nyatanya, bukan wajah glowing dan bersih yang didapat justru jerawat yang meradang. Pengalaman inilah yang mendorongnya meluncurkan skincare bersertifikat BPOM sekaligus mengedukasi masyarakat untuk lebih aware dalam memilih produk kecantikan dan konsisten dalam pemakaiannya. Karena baginya, selain laba ia juga harus menebar manfaat bagi masyarakat luas dari bisnis yang dijalankan.
Di era masifnya media sosial seperti saat ini, skincare menjadi salah satu kebutuhan utama bagi kaum hawa maupun adam. Hampir semua kalangan dari berbagi usia menggunakan skincare demi menjaga kecantikan atau ketampanan wajah mereka. Hal tersebut menjadi lumrah mengingat wajah merupakan hal pertama yang ditampilkan secara langsung oleh semua orang. Khususnya kaum hawa yang menjadikan wajah sebagai salah satu mahkota diri.
Sayangnya, keadaan tersebut sering kali membuat banyak kaum perempuan kurang sabar lalu bergonta-ganti produk skincare atau terjebak dalam buaian hasil instan yang ditawarkan skincare abal-abal. Alih-alih mendapatkan hasil yang sesuai ekspektasi, mereka justru berhadapan dengan berbagai masalah kulit seperti jerawat yang meradang dan flek hitam membandel.
Pengalaman inilah yang sempat dialami oleh Handrini, hingga kemudian mendorongnya meluncurkan brand skincare baru yang aman digunakan semua kalangan, karena telah lulus izin BPOM. Perempuan yang akrab disapa Indy ini bahkan aktif membagikan konten-konten edukatif untuk menyadarkan masyarakat agar lebih selektif dalam memilih skincare.
“Karena kurang sabar dan tidak konsisten dalam menggunakan satu brand skincare, saya sempat bergonta-ganti produk perawatan wajah. Walhasil bukannya cantik, wajah saya justru dipenuhi jerawat yang meradang. Dari sanalah saya bercita-cita terjun ke bisnis kecantikan dengan membuat produk skincare yang bagus dan sesuai BPOM,” tutur Indy, saat ditemui tim Inspiratif di café Town House, Jakarta Selatan.
Perjalanan Bisnis. Jauh sebelum menggeluti bisnis skincare, Indy merupakan salah satu karyawan di sebuat perusahaan. Pasca menikah, karena harus mengikuti suami berpindah-pindah lokasi kantor, ia pun memutuskan untuk resign. Namun, agar tetap produktif, Indy yang terbiasa memiliki penghasilan sendiri mencoba untuk terjun ke bidang entrepreneur. Beberapa dunia bisnis pun sempat ia jajal, meski belum menemukan titik sukses.
“Saya menikah di tahun 2014, kemudian selama 1 tahun tinggal di Bali lalu pindah ke Surabaya, mengikuti suami yang bekerja di perusahaan telekomunikasi. Akhirnya sekitar tahun 2016/2017, setelah kami menetap lama di Jakarta, saya putuskan jalani bisnis ekspedisi. Tetapi karena mungkin passion saya bukan di bidang tersebut, akhirnya tutup. Hingga kemudian saya mencoba menjadi reseller sebuah brand skincare. Meski berjalan lancar namun karena ada beberapa standard syarat untuk stok dalam jumlah tertentu, akhirnya saya pending. Sebab harus ikut suami yang pindah tugas ke Medan,” cerita Indy.
Jiwa bisnis yang telah terbentuk mendorong Indy untuk terus menjajal kemampuan. Stay di kota yang terkenal akan buah duriannya, menginspirasi wanita berwajah oriental ini untuk mencoba berbisnis durian.
“Kebetulan saya punya banyak teman pecinta durian, akhirnya saya kirim durian dari Medan ke Jakarta. Mulanya memang bagi-bagi tester ke beberapa mantan teman kantor hingga teman gereja. Puji Tuhan banyak yang tertarik dan langsung order. Dari situ berjalan sampai sekarang dengan nama Durian Si Ucok. Keuntungan dari bisnis durian inilah yang kemudian saya kumpulkan untuk membangun brand skincare,” terang Indy.
Proses Formulasi. Menggandeng sebuah perusahaan kosmetik sebagai maklon, sejak awal Indy menginginkan produk skincare dengan Ingredient yang soft dan aman bagi kulit sensitif seperti dirinya. Demi mendapatkan formulasi skincare yang diinginkan, sepanjang uji formula perempuan kelahiran Pekanbaru ini bahkan tak segan menjadi kelinci percobaan dan terus memantau hasilnya.
“Untuk mendapatkan formulai yang tepat, skincare hasil uji coba tersebut saya aplikasaikan di wajah tanpa dikombinasikan dengan treatment apapun, hanya skincare saya sendiri. Selain itu, saya juga mengurangi asupan gula yang ternyata sangat berpengaruh pada jerawat. Untuk masa uji coba ini kami butuh waktu hingga 1,5 tahun hingga akhirnya didapat formula skincare yang tepat,” papar Indy.
Ditambahkan Indy, lamanya proses uji coba juga beriringan dengan kepengurusan izin lainnya. “Di tahun 2019, sebenarnya saya sudah siap meluncurkan produk skincare, tapi masalah yang harus kami hadapai cukup banyak, salah satunya soal merk. Kemudian saya coba menggunakan brand kedua tapi ada revisi ingredient. Setelah selesai uji formula di tahun 2021 akhir, masih ada kendala dengan perizinan. Hingga akhirnya bisa launching pada 2022 lalu,” tutur Indy.
Berikan Edukasi. Disadari Indy, salah satu point penyebab masalah kulit yang sempat menerpa dirinya adalah ketidaktahuan akan kandungan bahan di dalam skincare yang digunakan. Untuk itu, selain hanya menggunakan ingredient yang benar-benar aman dan sesuai BPOM, ia juga terus mengedukasi masyarakat untuk lebih teliti saat memilih skincare dan produk kecantikan lainnya.
“Banyak orang buta dengan ingredient bahkan tidak tahu efek samping jangka panjangnya seperti apa. Hal inilah yang saya pelajari dari pengalaman di masa lalu. Jika orang-orang seumuran saya tidak tergoda rayuan iklan dan lebih paham tentang kulit, mungkin wajah saya tidak akan bermasalah. Karena sebelumnya kulit wajah saya cenderung normal. Jadi kenapa saya membuat brand skincare saat pandemi lalu? Karena saya ingin masyarakat ikut belajar dari pengalaman terdahulu untuk tidak tergoda iklan,” tegasnya.
Demi memperluas penyebaran informasi, Indy memanfaatkan media sosial yang saat ini massif digunakan masyarakat. Sebut saja Instagram, Tiktok hingga Facebook. “Selain tentang ingredient yang ada di dalam skincare, kita ada edukasi juga kesehatan kulit dan permasalahannya serta pola hidup sehat. Karena masih banyak masyarakat yang belum paham bahwasanya kulit memiliki masa regenerasi. Untuk itu ketika menggunakan skincare harus konsisten , setelah itu hasilnya baru terlihat. Kebanyakan orang Indonesia tidak sabar, ingin hasil instant dan akhirnya memilih produk abal-abalan. GOI Skincare juga mengarahkan customer pemula melakukan konsultasi terlebih dahulu, namun bagi yang sudah mengenal jenis kulit bisa langsung order via market place yang sudah kami cantumkan keterangan ingredient-nya. Jadi bisa langsung check out,” papar Indy.
Keunggulan Produk. Saat ini di bawah bendera GOI Skincare sebagai label, Indy meluncurkan dua series skincare, yakni brightening dan acne. Keduanya direkomendasikan untuk usia remaja hingga dewasa, baik laki-laki maupun perempuan dan aman bagi ibu hamil serta ibu menyusui.
“GOI atau singkatan darai Get Over It, merupakan rangkaian daily skin yang kandungannya aman untuk semua kalangan. Misalnya pada Acne Series yang mengandung acti biome untuk menyeimbangkan bakteri jahat dan bakteri baik supaya wajah kita tidak berjerawat lagi dan menstabilkan pH di wajah. Terkandung juga niacianimade dan acne aging yang membuat jerawat tidak akan muncul kembali serta memperkecil pori-pori kulit,” jelas Indy.
Untuk rangkaian Brightening Series terdiri dari Facial Wash, Toner, Serum, Day Cream dan Night Cream. Sedangkan untuk Acne Series ada Facial Wash, Toner, Serum, Day Cream, Night Cream dan Ance Gel yang mampu memberi efek menenangkan wajah dan mengatasi kulit kemerahan atau gatal akibat jerawat.
Bisnis Berfaedah. Terus menebar edukasi dan mematok harga yang relatif bersahabat, merupakan cara bagi Indy untuk menjalankan bisnis yang berfaedah bagi masyarakat. Ia ingin dengan harga yang terjangkau, masyarakat middle low yang menjadi target marketnya tidak kesulitan mendapatkan produk skincare yang aman.
Dipasarkan secara online lewat market place, Indy juga membuka kesempatan menjadi reseller untuk masyarakat yang berminat. “Kami sudah memiliki beberapa reseller yang tersebar di kawasan Indonesia timur, Kalimantan dan Surabaya, tapi memang belum terlalu banyak. Karena saya belum mau menjangkau pasar yang lebih besar, yang penting customer tahu dan kenal dulu GOI Skincare. Setelah itu baru kami perbanyak reseller,” ungkap Indy yang kedepan juga akan membuka kesempatan menjadi distributor di sejumlah daerah.
Persaingan Bisnis. Bisnis skincare yang terus menjamur tidak membuat Indy risau. Ia bahkan menilai peluang dalam bisnis ini masih begitu besar, mengingat Indonesia termasuk negara berkembang yang penduduknya terus bertambah.
“Saya melihat bisnis skincare itu tak ada matinya. Namun yang terpenting kita harus pintar mengedukasi masyarakat. Karena semuanya kembali ke customer, seperti apa jenis kulit mereka dan paham produk yang digunakan,” tambahnya.
Ke depan, Indy masih ingin terus mengedukasi customer dan membagikan tips seputar skincare dan kulit. “Saya juga tengah menyeleksi influencer untuk endorsement. Namun saya menginginkan honest review, oleh sebab itu saya ingin mereka benar-benar menggunakan produk GOI Skincare secara konsisten,” tekan Indy.
Bangun Ikatan dengan Buah Hati
Menjadi pengusaha yang bisa menjalankan bisnis di rumah adalah suatu hal yang sangat disyukuri Indy. Karena istri dari Dhika Yogatama ini tetap bisa berpenghasilan sambil memantau tumbuh kembang kedua buat hatinya, Aloysius Nathan Putra Yogatama dan Benediktus Adhi Putra Yogatama.
“Saya sangat beruntung karena bisa mengerjakan semua ini di rumah. Jadi peran saya sebagai ibu rumah tangga dan pengusaha dengan 2 bisnis rumahan bisa berjalan beriringan. Apalagi suami saya juga senantiasa mendukung. karakternya yang penyabar sanggup mengimbangi pembawaan saya yang mudah panik,” katanya.
Agar operasional bisnis dan keluarga bisa berjalan beriringan, Indy berupaya me-manage waktu seapik mungkin. Biasanya, setelah mengantar si sulung yang bersekolah hingga pukul 12 siang, Indy mulai mengatur dan mengontrol kedua bisnisnya bersama tim Durian Si Ucok dan GOI Skincare. Ketika buah hatinya di rumah maka semua bisnis dipantau secara online.
“Saya sudah sepakat dengan suami, setiap malam 15 menit sebelum anak-anak tidur kami luangkan waktu untuk quality time di kamar anak-anak, sebagai satu cara membentuk bounding dengan mereka. Jika papanya terpaksa terlambat pulang kantor, biasanya saya minta beliau video call agar anak-anak tidak menunggu,” tambah Indy, yang biasa meluangkan waktu keluarga di hari Minggu sepulang dari gereja.
Sebagai pejuang rupiah, Indy ingin menularkan daya juangnya kepada kedua buah hati. Oleh sebab itu, ia kerap melibatkan atau menunjukkan kesibukkannya mengelola bisnis kepada mereka. “Bisnis ini harapannya bisa menginspirasi anak-anak. Saya ingin mereka punya daya juang, walaupun kita punya orang tua berkecukupan tapi kita harus punya daya juang. Jadi sejak kecil saya ajarkan kegigihan supaya mental mereka juga tidak mudah patah,” tegas Indy yang tak segan mengurangi jatah tidurnya demi mempelajari teknik digital marketing secara otodidak.
Pentingnya Kemerdekaan Finansial Bagi Perempuan
Meski mendapatkan nafkah dari sang suami, namun Indy menyakini jika kemerdekaan financial bagi seorang perempuan sangatlah penting. Selain lebih mandiri, perempuan berpenghasilan juga akan lebih tangguh ketika suatu saat terjadi sesuatu dalam pernikahannya.
“One day kalau ada apa-apa kita punya celengan sendiri. Apalagi salah satu hobi perempuan adalah belanja, ketika menginginkan sesuatu kita tidak perlu meminta pada suami. Dan gaji suami untuk kebutuhan rumah tangga. Bahkan kita bisa saling subsidi ketika ada biaya-biaya darurat. Namun kuncinya harus komunikasi, antara suami-istri harus sepakat tentang masalah keuangan, keluarga dan anak,” tekan perempuan yang senantia menyisihkan dana khusus untuk berbagi ke sesama ini. Laili
Info Lebih Lanjut:
Instagram : @goiskincare, @duriansiucok.official