MajalahInspiratif.com, Jakarta – Saat ini, kemandirian financial bukan hanya mampu dicapai kaum adam, tapi juga sanggup diraih oleh para perempuan. Meski awalnya karena desakan kebutuhan ekonomi, namun nyatanya kemandirian perempuan membuat mereka lebih dihargai dan memiliki nilai untuk dibanggakan. Hal inilah yang kemudian mendorong Fitri Cyntia Asmara Niasih, ikut mendukung bisnis kuliner yang dibangung sang suami. Walaupun tidak ahli meracik masakan, namun kemampuannya di bidang pemasaran mampu melejitkan bisnis yang mereka bangun di Negeri Kangguru, Australia.
Menikah bukan berarti membatasi kaum perempuan untuk memiliki penghasilan sendiri. Apalagi di era society seperti sekarang, ada banyak profesi yang bisa dijalani oleh para wanita. Meski hanya dari rumah, sambil mengurus suami dan anak-anak, kaum hawa bisa tetap produktif.
Seperti yang dijalankan oleh Fitri Cyntia Asmara Niasih, yang mendukung bisnis kuliner sang suami di Melbourne, Australia. Perempuan kelahiran Jakarta, 16 April ini, bahkan berani menghidupan kembali bisnis lama yang sempat dijalankan sang suami.
Berawal dari Rumah. Diceritakan Fitri, tahun 2010, sang suami, Ezra Toddy, yang berdarah Minang dan berprofesi sebagai Chef Padang Foods, sempat merintis Restoran Padang di Melbourne dengan nama Salero Kito. Namun, tahun 2014, karena sesuatu hal ia memutuskan untuk menjualnya.
Kemudian tahun 2017, Fitri dan Ezra memutuskan untuk membangun kembali bisnis yang sama namun pada skala catering rumahan dengan nama Tambo Ciek, yang berarti ‘tambah lagi’ dalam bahasa Padang.
Keputusan menggeluti kembali bisnis kuliner bukanlah tanpa alasan. Keduanya yakin kuliner termasuk bidang yang tidak ada matinya. Karena sepanjang hidup manusia pasti membutuhkan makanan.
Awal merintis usaha, suami Fitri masih bekerja sebagai Chef. Untuk itu mereka pun kompak berbagi tugas, yakni suami di bagian operasional, meracik bumbu hingga memasak, sedangkan Fitri di bagian promosi, preparing bahan hingga distribusi.
“Untuk mempromosikan usaha, saya rajin memposting foto dan video menu-menu masakan khas Padang di sosial media seperti Instagram Ads, Facebook dan marketplace, serta komunitas orang-orang Indonesia yang berada di Victoria, Australia. Untuk mengantar pesanan, saya juga rela menyetir hingga ke kawasan yang jaraknya cukup jauh sembari membawa anak-anak, karena ketika itu mereka masih kecil,” papar Fitri, saat tengah menikmati liburan di Indonesia.
Melejit Saat Pandemi. Perjuangan Fitri dan Ezra membangun bisnis kuliner dari nol, mulai menunjukkan hasil yang memuaskan. Bermodal ketok tular dari mulut ke mulut, kian hari, pesanan yang datang terus bertambah.
Puncaknya, ketika awal pandemi 2020 lalu, Pemerintah Australia memberlakukan aturan lockdown, yang tidak memungkinkan sebagaian besar masyarakat berkegiatan di luar rumah. Moment tersebut dimanfaatkan Fitri dan Ezra yang terbiasa melayani delivery order untuk melakukan inovasi baru. Sehingga lebih menarik minat calon customer untuk memesan. Salah satunya membuat packaging food yang ‘Indonesia banget’, yakni menyajikan Nasi Kapau yang dibungkus kertas nasi beralas daun pisang selayaknya Nasi Padang di Indonesia.
Keotentikan rasa khas masakan Padang yang kaya bumbu serta rempah, ditambah tampilannya yang begitu tradisional, mampu mengobati rasa rindu masyarakat Indonesia yang tinggal di Negeri Kanguru akan masakan nusantara.
“Pada saat itu, Tambo Ciek yang pertama kali memviralkan nasi bungkus kapau dengan citarasa dan aroma yang berbeda. Dari sana omsetnya langsung naik tiga kali lipat. Bahkan, beberapa Asian Grocery Supermarket meminta kami mengirimkan Nasi Kapau bungkus dan beberapa produk terbaik seperti Rendang dan Sate Padang, karena adanya permintaan konsumen yang cukup tinggi. Demi melayani permintaan yang sangat banyak, ada 5 orang kurir yang standby untuk mengantar pesanan dari 100 customer per hari, dengan jarak delivery yang cukup jauh,” terang perempuan lulusan Diploma Holmes Institute & William Angliss Institute Victoria ini.
Moment melejitnya jumlah pesanan, mendorong Fitri dan Ezra untuk mengembangkan bisnis. Pada 11 Januari 2021, ketika lockdown dibuka kembali, Fitri dan Ezra melebarkan sayap Tambo Ciek dari catering rumahan menjadi Restaurant Padang. Tak disangka antusias para pecinta masakan Indonesia di Melbourne begitu tinggi. Terlihat dari antrean customer yang cukup panjang di pintu masuk.
Bukan hanya saat launching, namun setiap hari resto selalu dipenuhi customer. Enam bulan kemudian, Fitri dan Ezra bahkan berani membuka cabang di kawasan North. “50% customer kami adalah orang Indonesia yang tinggal di Melbourne, 30% mix dan 20% Western atau bule. Selain dine in, Tambo Ciek tetap melayani delivery order yang bisa diorder melalui aplikasi Uber,” jelas Fitri.
Ada beberapa hal yang diyakini Fitri mampu membuat Tambo Ciek mampu melejit saat pandemi. Di antaranya adalah kreatif serta konsen dalam menjaga kualitas makanan. “Untuk eksis di bisnis kuliner memang tidak ada pilihan selain menjaga kualitas citarasa dan keotentikan,” tekan Fitri.
Buka Franchise. Citarasa menu yang otentik bukan hanya sanggup mengundang customer untuk singgah ke Tambo Ciek, tapi juga menarik minat pengusaha lain menjadi franchisee. “Kami memang berencana mengembangkan bisnis ini lewat sistem franchise, agar Tambo Ciek bisa ditemukan di setiap kota di Australia. Saat ini tengah mengurus perizinan dan segala sesuatunya,” tambah bintang iklan di era 90-an ini.
Lewat sistem waralaba tersebut, Fitri juga tengah merancang konsep auto pilot. Sehingga ia bisa pensiun lebih awal serta menikmati waktu untuk travelling bersama keluarga. “Sebagai owner restauran saat ini saya dan suami masih terjun langsung mengawasi operasional dan management resto. Sehingga waktu kami untuk keluarga terutama anak-anak sangat terbatas,” lirihnya. Laili
Perempuan Harus Mandiri Secara Financial
Keikutsertaan Fitri merintis dan mengembangkan bisnis bersama suami, bukan hanya karena tuntunan ekonomi sebab tingginya biaya hidup di Australia, namun karena sejak belia ia terbiasa dididik menjadi perempuan mandiri oleh ibunya yang juga berprofesi sebagai pengusaha di Jakarta.
Fitri pun menyakini sepatutnya kaum perempuan memiliki kemandirian secara financial, agar tetap tangguh jika suatu saat diterpa ujian kehidupan. “Zaman sekarang, perempuan jangan ketergantungan sama laki-laki atau suami. Perempuan harus punya skill, entah dia bisa makeup, jualan, memasak atau apa saja yang bisa difokuskan. Apalagi jika memiliki anak yang saat ini biaya sekolahnya makin mahal. Jadi kita harus mandiri, kreatif, inovatif, dan mengikuti perkembangan zaman. Sering-sering lihat media online, cari peluang dan kesempatan,” tegasnya.
Dan sebagai WNI yang kini memiliki izin tinggal permanen di Australia dan banyak menyerap budaya luar, Fitri berprinsip bahwasanya perempuan memiliki derajat yang sama dengan laki-laki. Namun, jika ingin dihargai maka perempuan sepatutnya memiliki sesuatu agar tidak dipandang sebelah mata.
“Perempuan itu harus punya something untuk dibanggakan. Dan fokuslah pada sesuatu yang bisa membuat kita bisa berdaya,” tekan pehobi kuliner, yang bersama suami tengah mempelajari menu-menu khas daerah di Indonesia untuk diinovasikan di Australia.
“Sesama WNI Harus Saling Support”
Merantau ke negeri seberang dan tinggal jauh dari keluarga, mulanya bukan perkara mudah bagi Fitri. Biaya hidup yang tinggi membuatnya memilih meng-handle hampir semua urusan rumah tangga sendiri, tanpa bantuan assisten rumah tangga. “Upah ART di sini cukup mahal, makanya saya memilih mengurus rumah dan anak-anak sendiri, dibantu suami tentunya. Namun, hal tersebut bukan masalah karena sejak kecil Mama sudah menanamkan kemandirian dalam diri saya,” terang Fitri.
Meski segala sesuatu serba mahal, namun Fitri menyadari peluang untuk mencapai kesuksesan jauh lebih besar. “Yang penting mau kerja keras, punya skill dan tidak malas, karena tingkat persaingan di sini juga tinggi,” tambahnya.
Karena itulah Fitri appreciate dengan WNI-WNI yang mampu survive di negeri orang. Karena meski penghasilan mereka tinggi namun biaya hidup dan pajak yang dibebankan Negara setempat juga besar.
“Saya sangat mengapresiasi WNI di luar negeri, seperti Bunda Corla. Jadi don’t judge a book just from the cover. Kita harus menghargai kerja keras mereka di negara orang, jangan hanya nyinyir. Kalau di Indonesia apa pun ada, sedangkan di sana serba mahal. Jadi sepatutnya sebagai sesama orang Indonesia, kita harus saling support, hargailah WNI yang merantau di luar negeri,” tekan Fitri, yang kerap menghabiskan me time dengan ngopi di coffee shop.
Info Lebih Lanjut:
Instagram : @Tambociekfoods
: @juragannasikapau
Website : www.tambociekfoods.com