MajalahInspiratif.com, Jakarta – Puluhan tahun menjalani profesi sebagai karyawan di berbagai lembaga donor untuk program pembangunan di Indonesia, cukup menumbuhkan rasa nyaman dalam diri seorang Farini Pane. Namun, di usia 49 tahun, ia memutuskan untuk keluar dari zona nyaman dan beralih profesi sebagai seorang pengusaha. Tak tanggung-tanggung, ada lima brand bisnis yang ia jalankan sekaligus dari nol. Mulai dari cafe, klinik kecantikan, skincare hingga klinik non medis.
Jauh sebelum terjun ke dalam dunia bisnis, Farini Pane atau akrab disapa Rini, cukup nyaman dengan pekerjaannya di berbagai lembaga yang mengurus dana hibah internasional (UNDP, Uni Eropa, USAID, DFAT) ke Indonesia. Namun, kenyamanan tersebut tidak membuatnya khawatir ketika memutuskan menjadi pengusaha.
“Buat saya, tidak ada yang berubah dari status sebagai karyawan kemudian menjadi pengusaha. Ketika kerja kantoran dan mendapat gaji tetap itu seperti sekolah. Karena di sana diberikan fasilias untuk belajar, bahkan dibimbing oleh atasan supaya kita mampu melakukan pekerjaan kita. Begitu resign, berkecimpung di bisnis maka di sinilah ujiannya. Sejatinya saya tidak berhenti bekerja, tidak pensiun, hanya pindah arena,” tutur wanita bersahaja ini saat ditemui Inspiratif di klinik Rosemary Estetika, Tangerang Selatan.
Lebih lanjut dijelaskan alumnus Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran, Bandung ini, pengalaman selama bekerja juga sangat berguna dalam me-manage bisnis. Di mana kebiasaannya dalam mengatur staff, menghadapi orang dengan segala macam karakter dan background, hingga me-manage stres dan tekanan kerja, juga ia lakoni dalam dunia barunya tersebut.
“Jadi perbedaan dalam bekerja kantoran dan bisnis ini, buat saya, hanya perbedaan ‘alat’ yang saya gunakan dalam berkarya. Buat teman-teman seumuran saya yang berencana berganti alat, temukan saja apa yang menjadi passion kita, apa yang kita suka. Tapi kuncinya kita tidak pernah berhenti berkarya dan jangan pernah takut untuk keluar dari zona nyaman,” tekannya.
Memulai dari Kuliner. Setelah memutuskan untuk resign, kolektor kain tradisional ini, memang tak segera merealisasikan mimpinya membangun bisnis. Selama beberapa bulan, ia mencoba menikmati hidup dan menyalurkan bakat memasaknya di rumah. Hingga pada suatu ketika ia terinspirasi membuat bisnis kuliner rumahan, dengan Kue Soes sebagai andalannya.
“Resep Kue Soes yang saya buat merupakan resep warisan ibu saya. Kue Soes beliau terkenal, di keluarga kami, sebagai Kue Soes terenak sepanjang masa. Banyak teman maupun kerabat saya yang sering pesan,” ucap Rini, bangga.
Seiring berjalannya waktu, di tahun 2018, Rini bersama rekan bisnisnya, Andry Utama Thamrin, dan tiga rekan lainnya mendirikan PT Berkah Solusi Medik dan membuka bisnis klinik kecantikan dan skincare. Karena menyakini bisnis-bisnis tersebut memiliki peluang usaha yang cukup besar.
“Jadi dalam bisnis ini pendirinya ada 5 orang, tapi untuk operasional lebih banyak saya yang handle. Karena ingin semuanya legal, sebelum opening pada Juni 2019, semua perizinan sudah kami penuhi secara bertahap sesuai dengan prosedur perijinan. Selain itu kami juga mulai mencari lokasi strategis yang mudah dijangkau masyarakat. Akhirnya ketemu lokasi di kawasan Tangerang Selatan ini,” cerita Rini.
One Stop Shopping. Dipaparkan Rini, bukan hanya 1 brand bisnis yang ia rintis bersama keempat partner-nya, tapi ada 5 bisnis sekaligus. Yakni bisnis kuliner bertajuk Soeskoe Cafe, klinik kecantikan dengan nama Rosemary Estetika, 2 merek skincare yaitu SkinBlush dan DermaVibe, serta klinik terapi berlabel Azaleea Terapi.
“Brand-brand bisnis tersebut tidak kami luncurkan sekaligus, karena proses legalitasnya tidak selesai di waktu yang sama. Jadi pertama itu kami buka Soeskoe Café berdampingan dengan Rosemary Estetika di bulan Juni 2019, kemudian bulan Februari 2020 skincare keluar izin dari BPOM dan pertengahan 2020 launching Azaleea Terapi tapi lokasinya di Lippo Karawaci. Dan semua brand tersebut berada dalam satu payung, yakni PT. Berkah Solusi Medik,” tutur wanita berlesung pipi ini.
Sejak awal perencanaan, Rini dan kawan-kawan memang mengangkat konsep one stop shopping. Karena itulah mereka menggabungkan café, klinik kecantikan dan skincare di satu lokasi yang sama.
“Mulanya Soeskoe Café sengaja kami sediakan untuk pelanggan klinik, tapi ternyata customer yang datang untuk sekedar menikmati menu-menu kami juga banyak dan akhirnya jadi pelanggan tetap. Untuk Azaleea Terapi, yang merupakan alternatif klinik non medis, kami menawarkan ragam terapi untuk penyakit seperti Gastritis, Stroke, syaraf kejepit, anemia, dan sebagainya. Tapi karena non medis maka lokasinya kami pisah. Sebab kami ingin memisahkan antara medis dan non medis,” tambahnya.
Promosi Lewat Edukasi. Dijelaskan Rini, dalam mempromosikan bisnis-bisnis yang dijalani, mereka menekankan prinsip edukasi. Misalnya di area lantai satu Rosemary Estetika yang berdampingan dengan Soeskoe Café, sengaja disediakan alat berupa face scanner yang dilengkapi dengan infra red, dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi kesehatan kulit bagian luar maupun dalam. Setiap customer café diperkenankan melakukan face scanner plus konsultasi dengan dokter secara gratis, tanpa kewajiban untuk melakukan treatment di Rosemary Estetika atau membeli skincare dari SkinBlush dan Dermavibe setelahnya.
“Kami tidak ingin menjadikan customer atau pasien sebagai objek bisnis. Karena prinsip kami nomor satu adalah edukasi, bukan jualan. Jadi kalau ada yang mau beli skincare atau treatment di sini, silakan. Tapi hasil face scanner juga belum tentu mengharuskan customer memakai semua rangkaian skincare. Misalnya kalau kulit wajahnya memang bagus dan tidak bermasalah, kami akan rekomendasikan yang penting pakai sun block saja untuk sekedar menghindari paparan sinar UV matahari,” tekan Rini.
Rini juga sering menggelar event kecil ke berbagai komunitas seperti perkumpulan ibu-bu UMKM, sekolah, arisan, ibu-ibu pengajian hingga koperasi perusahaan & pabrik, guna memberikan edukasi tentang perawatan kulit dan penggunaan skincare yang tepat.
“Target market kami memang menengah ke bawah. Karena kami ingin merangkul masyarakat bawah dan menghapus stigma kalau perawatan di klinik kecantikan atau skincare dengan kualitas yang baik itu mahal. Karena harga yang kami tawarkan sangat terjangkau,” tambahnya.
Skincare Sesuai Kebutuhan Kulit. Dituturkan Rini, selain sudah mengantongi izin dari BPOM, skincare SkinBlush maupun Dermavibe juga dibuat sesuai kebutuhan dan jenis kulit. Untuk SkinBlush, dibuat dengan tiga varian berbeda, masing-masing dengan warna berlainan. Ada warna hijau yang mengandung tea tree yang cocok untuk kulit berminyak dan berjerawat, ada warna orange dengan kandungan mandarin sitrus untuk kulit kering, serta warna biru dengan kandungan blue berry dan stem cell apel swiss untuk anti-aging dan rejuve guna mencegah kerutan di wajah yang timbul sebelum waktunya.
Tiap rangkaian utama SkinBlush terdiri dari facial wash, toner, day cream dan night cream, dipatok dengan harga mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 295 ribu. Di luar empat item tersebut ada juga produk perawatan lain berupa serum, obat totol jerawat, gentle wash dengan kandungan PH seimbang yang cocok untuk kulit sensitif, serta sunblock dengan dua varian untuk laki-laki dan perempuan.
“Di negara tropis seperti Indonesia, sunblok sangat kita butuhkan dan bisa dibilang suatu keharusan. Untuk laki-laki dan perempuan sengaja kami bedakan, karena untuk wanita mengandung brightening yang membuat kulit jadi glowing. Namun keduanya dibuat secara water-based, sehingga tidak lengket di kulit atau berminyak. Jadi wajah kelihatan lebih segar,” ujar Rini.
Meski ditawarkan dengan harga terjangkau, Rini tidak mengenal kompromi soal kualitas SkinBlush. Bahkan, kandungan bahan alami seperti tea tree centella asiatica, stem cell, hyaluronic acid yang digunakan juga yang biasa ada di dalam beberapa merek terkenal. SkinBlush juga aman digunakan oleh wanita hamil dan ibu menyusui. Saat ini, SkinBlush telah memiliki distributor dan reseller di berbagai daerah di Indonesia.
Berbeda dengan SkinBlush yang dijual bebas secara online, melalui Instagram dan market place seperti Shopee dan Tokopedia, DermaVibe hanya dijual di Rosemary Estetika sebagai skincare pendukung klinik. “Kalau DermaVibe ini perlu rekomendasi dokter, makanya hanya dijual di klinik. Kami mau semua yang kami jual itu legal dan aman bagi customer sesuai standar BPOM. Dan kami tidak menyediaan krim racikan dokter,” tegas Rini.
Tantangan dan Persaingan. Hambatan yang kerap menghadang Rini dalam mengembangkan bisnis senantiasa mereka anggap sebagai sebuah tantangan yang memacu semangat untuk terus maju. Dan dalam menjalankan semua lini bisnis PT. Berkah Solusi Medik ini, mengurus perizinan adalah tantangan yang harus dihadapi.
“Saat ini untuk mengurus perizinan atau legalitas sudah lebih mudah dan cepat, biasanya 3-4 minggu sudah selesai. Tapi karena bisnis yang kami jalani beragam, jadi persyaratan yang harus dipenuhi juga banyak,” terang wanita kelahiran Bogor, 4 Oktober ini.
Meski bisnis-bisnis yang dijalani tak luput dari persaingan, Rini tidak pernah risau. Ia bahkan membuka kesempatan bisnis bagi siapa saja yang berminat untuk membeli hak franchise Rosemary Estetika atau membeli hak jual produk skincare turunan SkinBlush.
“Selain berencana untuk membuka franchise kami juga akan meluncurkan produk-produk baru untuk kami jual sendiri. Ada juga pengembangan bisnis dengan membuat produk skincare untuk pengusaha lain, tapi tetap berada di bawah bendera SkinBlush. Jadi nanti kami mendapat royalti dari setiap penjualannya,” ungkap Rini.
Mensiasati Pandemi. Ketika hampir semua klinik kecantikan tutup selama masa PSBB di awal pandemi, bisnis-bisnis yang dijalani Rini dkk tetap beroperasi. Selain telah mengantongin izin dari pihak berwenang, layanan yang disediakan juga sesuai aturan pemerintah.
“Menyiasati pandemi, kami memacunya dengan menyediakan layanan home care, supaya orang tetap nyaman di rumah, dan kami pun datang dengan APD lengkap. Kami mendengarkan masukan dari anak-anak muda (milenial) sehubungan dengan urusan operasional serta branding dan marketing kami di sosial media. Ada Wahyu Gabriel Thamrin dan Angelin Dopo (Elma) yang memasok ide-ide segar terkait kebutuhan anak muda jaman sekarang, Kami juga tetap menyediakan fasilitas take away lewat Gofood untuk pesanan menu di Soeskoe Café. Demikian juga dengan SkinBlush yang sejak awal juga melayani pembelian online, tetap kita buka. Alhamdulillah, kami bisa tetap survive,” pungkas Rini, penuh syukur. Laili
Fokus pada Treatment Perawatan Kecantikan
Seperti prinsip Rini yang tidak ingin menjadikan customer atau pasien sebagai objek bisnis, treatment yang ditawarkan Rosemary Estetika juga mengedepankan kebutuhan pasien dan lebih mengutamakan efektivitas.
“Di sini kami menyediakan pilihan treatment klinik yang hasilnya bagus dan harganya terjangkau (tidak mahal). Misalnya, kami menawarkan beberapa treatment pilihan pengganti treatment laser yang hasilnya tetap efektif, sedangkan biayanya jauh lebih murah. Prinsip kami, murah… tapi gak murahan. Makanya walaupun harganya murah, pasien yang datang bukan hanya kalangan menengah ke bawah tapi golongan jetset juga banyak. Apalagi yang namanya wanita kalau ada klinik kecantikan yang bagus dan harganya lebih bersahabat, pasti diburu,” ujar Rini seraya tertawa.
Dijelaskan Rini, selain didukung tiga orang dokter ahli kecantikan bersertifikat yang telah mengantongi izin dari Departemen Kesehatan dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Rosemary Estetika juga menawarkan ragam treatment yang menunjang perawatan kecantikan wajah dan badan, seperti Facial dengan alat facial terbaru, Dermapen, RF Treatment untuk body re-shaping dan skin tightening, PRP untuk rambut dan wajah, serta Suntik dan Infus Vitamin C.
“Treatment-treatment tersebut ditangani langsung oleh dokter ahli, dan didukung peralatan berteknologi canggih yang telah mengantongi izin dari Kementerian Kesehatan. Treatment seperti suntik Vitamin C di sini tergolong murah, tapi bisa dipastikan kualitasnya bukan abal-abal dengan bahan yang sudah mengantongi izin BPOM juga,” tekannya.
Support Ibu dan Buah Hati
“Nasihat untuk menjadi perempuan mandiri saya dapatkan dari almarhum ayah saya tercinta, Abdul Firman Pane,” ujar Rini yang merupakan anak bungsu dari kakak Farina Pane dan abang Sjafril Pane.
Tetapi kesuksesan Rini menapaki dunia karier dan bisnis, tak bisa lepas dari peran ibunda, (Alm) Suhendah, yang selalu men-support-nya. juga dengan putra tunggalnya, Lontar Karuna Adirakayan, yang seakan memahami kesibukan Rini.
“Sewaktu anak saya masih balita, saya berkesempatan melanjutkan pendidikan Master of Arts (MA), Development Studies di Flinders University of South Australia, Adelaide, lewat jalur beasiswa dari Pemerintah Australia. Beberapa tahun kemudian saya kembali mendapatkan fellowship dari Pemerintah Inggris melalui program Chevening di University of Glasgow, Skotlandia. Ibu saya selalu bilang kamu yang tenang saja sekolah atau kerja, urusan anak, biar sama ibu. Dan anak saya juga mengerti tentang kesibukan saya, sehingga dia pun menjadi mandiri di usia muda dengan berani, selepas SMA, tinggal sendiri untuk sekolah di Jepang. Alhamdulillah, anak saya telah lulus dari Tokyo Designer Gakuin College tahun 2019. Support mereka sangat luar biasa untuk saya,” tutur Rini, haru.
Bagi Keberkahan Lewat Jumat Barokah
Sebagai tanda syukur atas kelancaran bisnisnya, Rini atas nama PT. Berkah Solusi Medik, setiap hari Jumat memiliki program Jumat Barokah dengan mendonasikan paket nasi kepada panti asuhan, kelompok anak yatim dan kaum dhuafa di sekitar Tangsel dan Tangerang.
“Selain dari kantong kami, banyak juga teman atau pelanggan yang menitipkan sedekah mereka untuk ikut berbagi lewat program Jumat Barokah tersebut. Untuk 1 lunch box berisi nasi, olahan ayam, sayur dan 1 jenis lauk tambahan harganya Rp 15 ribu. Paket tersebut juga banyak dipesan customer untuk berdonasi sehubungan event seperti ulang tahun atau syukuran,” tambah pehobi travelling dan hiking ini.