MajalahInspiratif.com, Jakarta – Menyelesaikan studyspesialis di masa pandemi, membuat dr. Lorensia Fitra Dwita, Sp.THT-KL sulit mengurus surat kelulusan maupun izin praktik. Walhasil, ia tidak bisa menjalani karier apalagi membuka praktik mandiri. Tak ingin memberatkan keluarga, dr. Loren, begitu ia biasa disapa, menjajal kemampuannnya berbisnis dengan menawarkan produk kesehatan luncuran HDI. Nyatanya, antara bidang kedokteran dan bisnis yang dijalani saling bersinergi karena sama-sama bergerak di dunia kesehatan. Seperti apa?
Mengenyam pendidikan di bidang kedokteran, mulai dari dokter umum hingga spesialis, dijalani dr. Loren tanpa putus. Ketertarikan pada dunia THT (telinga, hidung dan tenggorok), mendorongnya melanjutkan studyspesialis THT usai mengantongi gelar Sarjana Kedokteran. Perempuan kelahiran Prancis, 18 Aprilini pun, mampu menyelesaikan pendidikan dengan nilai memuaskan.
Sayang, kelulusannya justru terjadi di masa pandemi. Membuatnya kesulitan mengurus surat-surat kelulusan maupun izin praktik. “Lulusan Fakultas Kedokteran maupun spesialis kalautidak ada ijazah atau sertifikat tidak bisa praktik dokter. Harus ada Tanda Surat Registrasi Spesialis, harus ada Sertifikat Kompetensi, baru bisa apply ke Rumah Sakit lain. Tanpa itu semua tidak bisa, karena legalitas hukumnya tidak ada,” terangnya.
Terjun ke Bisnis. Hidup tanpa penghasilan, membuat dr. Loren merasa menjadi beban bagi keluarga. Pada pertengahan Desember 2020, ia memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis dengan bergabung bersama jaringan bisnis HDI.
Perkenalan Dokter Spesialis THT Universitas Andalas, Padang ini dengan HDI juga tanpa disengaja. Mulanya, ia mencari supplemen yang bagus untuk ayahnya yang terpapar virus corona. Oleh salah seorang teman, dr. Loren direkomendasikan suplemen HDI yang mengandung propolis.
“Saya sempat cari literature jurnal, ternyata eksrak propolis antioksidannya tinggi dan aman bagi pengidap diabetes dan lain-lain. Setelah itu saya baru berani beli suplemen tersebut dan berikan ke Papa yang harus isolasi di Rumah Sakit. Hari ke-7 dirawat AlhamdulillahpenciumanPapa sudah kembali normal danbesoknyasudah bisa video call. Hari ke-12Papa sudah pulang,” terang dr. Loren.
Bukti nyata itulah yang membesarkan hati dr. Loren untuk mantap bergabung bersama HDI. “Akhirmya pada pertengahan Desember saya join HDI, ikut beberapa training. Saya tahu bisnis ini sangat bagus, baik produk maupun sistemnya. Jadi timing-nya pas banget, ketemu bisnis ini sehingga saya bisa tetap berpenghasilan,” imbuhnya.
Andalkan Story Telling. Dengan latar belakang pendidikan sebagai dokter, lebih mudah bagi dr. Loren memahami kandungan bahan yang ada di dalam produk-produk HDI. Sehingga lebih menyakinkan ketika menyampaikan manfaatnya kepada calon rekan kerja
“Ketika prospek, saya lebih ke story telling, kalau mau Alhamdulillah, tidak juga tidak apa-apa. Dan biasanya saya berikan review atau pengalaman saya sendiri. Seperti apa efek dan prosesnya, saya jabarkan. Supaya ekspektasi mereka tidak berlebihan. Makanya untuk produk yang belum saya review tidak akan saya tawarkan,” tekan dr. Loren.
Untuk memperluas jaringan di bawahnya, dr. Loren juga aktif sharing promo atau review di media sosial pribadi. Kini, dalam networking yang dibina ia telah memiliki 500 orangrekan kerja.400 orang diantaranya cukup aktif memasarkan produk-produk HDI. “Di HDI itu sistemnya harus aktif meski sudah punya banyak rekan kerjaaktif. Karena pendapatan tergantung aktif-tidaknya kita. Jadi tidak bisa mengandalkan jaringan. Apalagi saat ini saya sudah berada di level Executive Diamond, tuntutan untuk membina rekan kerja sangat besar.
Terutama rekan kerja baru, mereka akan kehilangan arah kalau tidak kita ajarkan tentang product knowledge,” terangnya.
Manage Waktu.Saat ini, selain menjalankan bisnis HDI, dr. Loren juga bekerja di RSBP, Batam, sebagai Dokter Spesialis THT. “Karena background saya dokter, maka pekerjaan ini masuk jobdesk urutan pertama. Tapi bukan berarti bisnis tidak lebih penting, keduanya sama-sama menyehatkan. Kalau dokter menyehatkan pasien, HDI menyehatkan kantong,” ujarnya terbahak.
Untuk itu, dr. Loren berupaya untuk me-managewaktu sebaik mungkin. Di hari Senin-Sabtu ia fokus praktik. Jumat sore atau Sabtu malam menggelartraining via online. “Sepanjang praktik saya tidak akan buka handphone, karena saya handle Poli, Ruang Perawatan, dan Ruang Operasi. Jadi lumayan hectic, tapi di jam istirahat atau setelah pulang saya balas chat-chat yang masuk untuk maintenance. Ketika ada rekan kerjayang minta training saat jam praktik, biasanya dibantu rekan kerja saya, jadi fleksibel,” ungkapnya.
Meski berkarier sambil berbisnis, pehobi renang ini masih meluangkan waktu untuk keluarga, terutuma melihat tumbuh kembang buah hati, Akio Edwarta Akira. “Alhamdulillah, kesibukan saya selama ini didukung suami dan keluarga. Setiap hari, pulang-pergi kerja bersama suami karena searah. Begitu di rumah ketemu anak, jadi sore sampai malam sama anak dan hari Sabtu malam atau hari Minggu biasanya pergi keluar,” kata istri dari dr. Rama Haruki, yang sengaja mengambil jam praktik hanya sampai pukul 3 sore ini.
Rencana ke Depan. Dirasa masih memiliki waktu luang, dr. Loren berencana juga menggelar praktek yang tergabung dengan sebuah Apotek di Batam. Namun, jam praktiknya ia batasi hingga pukul 5 sore saja.
“Tiap dokter diizinkan untuk praktik di 3 tempat berbeda. Saya sudah menggunakan 1 izin di Rsbp Batam, lalu 1 praktik di apotek. Tapi cukup 2 tempat saja supaya waktu sore dan weekend bisa dinikmati bareng keluarga,” kata dokter yang terus meng-upgrade pengetahuan agar suatu saat bisa mengadakan seminar THT yang di-publish di tingkat internasional.
Dengan kesibukan yang dijalani, dr. Loren berpendapat bahwasanya kaum perempuan harus mandiri secara finansial ataupun secara jiwa. Dan tidak bergantung kepada orang lain, baik orang tua, suami maupun keluarga. “Ada beberapa point kita harus bisa sendiri dan prepare untuk itu. Mungkin sekarang bahagia dengan mengandalkan orang tua atau suami, tapi semua itu pasti ada masanya. Jadi harus prepare sejak dini, supaya ketika tiba masanya kita sudah siap. Jangan jadi perempuan manja,” tegasnya.
Info Lebih Lanjut:
dr. Lorensia Fitra Dwita
Instagram : lorensiafd