MajalahInspiratif.com, Jakarta – Orang tua, bukan hanya berperan sebagai teladan tapi juga pembentuk karakter anak. Karena sejatinya, anak akan meniru hal-hal yang biasa dilakukan atau dicontohkan orang tua mereka. Positif atau negatifnya karakter anak juga sangat tergantung dengan pola asuh dan pola didik yang diterapkan dalam keluarga.
Oleh sebab itu, Orang tua perlu ekstra memahami bagaimana cara membentuk karakter anak yang tepat. Hal ini disadari betul oleh dr. Deliana, M. Biomed dan suami, Heriyanto Tanoto dalam membentuk karakter kepada ketiga buah hati yang kini beranjak remaja. Yakni Bryan Benedict Tanoto (19 tahun), Jeremy Tanoto (18 tahun), dan Naomi Michelle Tanoto (17 tahun).
“Saya menerapkan pola asuh yang demokratif, bertanggung jawab, serta berlandaskan keseimbangan. Tanpa melupakan pendidikan agama untuk mereka. Sedari kecil, saya dan suami selalu menerapkan doa bersama di rumah dan juga mengajak anak-anak ke gereja setiap Minggu. Puji Tuhan, meski saat ini mereka sudah kuliah dan tidak tinggal bersama saya, ibadah ke gereja tetap mereka jalani. Karena saya percaya jika anak-anak memiliki iman yang baik maka karakter mereka juga akan lebih baik,” ujar dokter cantik kelahiran Jambi, 9 Desember ini.
Tidak Menunda Pekerjaan. Selain mengokohkan keimanan anak-anak dengan nilai-nilai agama, dokter aesthetic yang akrab disapa dr. Nana ini juga menerapkan kebiasaan untuk tidak menunda-nunda pekerjaan atau tugas setiap hari.
“Sejak mereka duduk di banguk SD, saya membiasakan mereka tidak menunda apa yang bisa dilakukan hari ini. Salah satu contohnya di pendidikan. Setiap hari saya mengecek rutinitas sekolah anak-anak misalnya pulang sekolah, setelah makan siang, anak-anak mengecek apakah ada PR, jika ada segera dibuat dan baca-baca kembali apa yang diajarkan oleh guru hari ini supaya tidak lupa. Saya ajarkan juga mereka membuat memo kecil apa yang menjadi point penting. Saat mereka SMP dan SMA saya sudah jarang mengecek. Dan saat kuliah pun mereka bisa mempersiapkan sendiri dan saat ini saya lebih dimintai saran dan lain-lain sebelum pengambilan keputusan final mereka,” tuturnya.
Tantangan Zaman. Arus globalisasi yang begitu masif, dirasakan dr. Nana sangat memengaruhi perkembangan anak. Hal tersebut kian tak terbendung karena kehidupan sebagian besar manusia sangat ketergantungan dengan gadget yang semula sekadar menjadi alat komunikasi.
Untuk itu, meski sejak kecil anak-anak diperbolehkan bermain gadget, namun dr. Nana sangat aware dengan konten-konten yang diakses. “Tantangan yang dirasakan itu saat anak-anak masih kecil dan mulai mengenal gadget. Sebagai orang tua, kita tidak boleh lengah untuk terus mengawasi dan memberikan pengertian kepada mereka untuk menyaring informasi yang dengan mudah bisa mereka dapatkan lewat gadget. Saya tegaskan mereka untuk bisa membagi waktu kapan boleh bermain gadget, kapan harus belajar dan kapan waktu istirahat. Sempat beberapa kali saya menyita handphone mereka. Namun seiring bertambah usia mereka lebih bisa mengatur penggunaan gadget mereka dengan baik,” tuturnya.
Posisikan Diri Sebagai Teman
Menjadi panutan yang tepat bagi anak tentulah tujuan utama bagi orang tua mana pun. Akan tetapi, ada baiknya jika peran tersebut disertai dengan hubungan yang dekat layaknya dua sahabat yang tak terpisahkan. Dengan demikian anak akan lebih mudah terbuka dan tidak canggung saat bercerita tentang problematika yang dihadapi.
Sebagai orang tua yang juga bekerja di luar rumah, dr. Nana dan suami juga berupaya untuk selalu dekat dengan anak-anak dan menjaga komunikasi yang intens. “Kadang saya merasa bersama mereka seperti teman. Kami bisa mengobrol sampai berjam-jam atau nongkrong bareng. Dikarenakan saya bekerja dan anak-anak sekolah, intensitas pertemuan kami lebih sedikit. Bahkan ada anak yang sekolahnya pagi dan ada yang siang. Jadi untuk full bisa bertemu semua kebanyakan di malam hari,” jelas dokter bergelar M. Biomed kekhususan Anti Aging Medicine ini.
Karena sulitnya menyamakan waktu ngumpul, pandemi Covid-19 lalu nyatanya dirasakan dr. Nana juga membawa dampak positif bagi keluarganya. Selain lebih dekat, anak-anak juga jadi makin terbuka.
“Pandemi Covid-19 membuat pertemuan kami lebih intens. Kami sekeluarga bisa makan bersama mulai dari sarapan sampai makan malam. Bisa mengobrol lebih banyak bahkan mempersiapkan rencana kuliah anak-anak dan rencana liburan ketika Covid-19 mereda dan sudah diperbolehkan berlibur kembali. Karena saya sekeluarga memiliki hobi travelling yang sama,” ujar dr. Nana, yang berharap kelak ketiga buah hati bisa mencapai impian dalam hidup mereka. Laili