MajalahInspiratif.com, Jakarta – Sempat mengalami over weight menyadarkan dr. Andi Nusawarta akan pentingnya olahraga dan diet sehat guna mendapatkan berat badan proporsional. Selain menjadikan olahraga sebagai hobi, dokter senior di RS EMC Sentul dan RSPI Bintaro Jaya ini, bahkan mendalami keilmuannya. Baginya, bekerja sesuai passion membuatnya lebih mudah menikmati tugas.
Life begins at 40, bagi dr. Andi Nusawarta, bukan sekadar istilah untuk menujukkan kematangan seseorang baik secara finansial maupun emosional, tapi juga banyaknya masalah kesehatan yang seringkali muncul saat memasuki usia kepala 4. Hal inilah yang menyadarkan pria kelahiran Makassar, 27 Desember 1972 ini, akan pentingnya menjalani pola hidup sehat.
“Ketika menyelesaikan pendidikan Spesialis Orthopedi di usia 40-an, berat badan saya mencapai angka 98 kg, dengan tinggi 176 cm. Tekanan dan beban kuliah yang begitu tinggi membuat saya mudah stress dan banyak makan. Walhasil berat badan saya melonjak naik. Saat itulah saya menyadari pentingnya gaya hidup sehat, mulai mencintai olahraga. Karena saya ingin sehat dan mengembalikan kesehatan. Meski butuh waktu cukup lama karena diet yang saya jalankan adalah diet sehat, secara berangsur kini berat badan saya kembali proporsional,” tutur dokter gagah yang akrab disapa dr. Andi ini, ketika ditemui Majalah Inspiratif di Sport Clinic RS RMC Sentul dan Sport Medicine, Injury & Recovery Center RSPI Bintaro Jaya.
Perdalam Ilmu. Kecintaan pada olahraga pula yang kemudian mendorong dr. Andi kembali melanjutkan sekolah jurusan Orthopedic Sport di Korea Selatan. Karena meski telah mengantongi gelar sebagai Dokter Spesialis Sendi dan Tulang, penanganan cedera olahraga memerlukan ilmu kedokteran yang lebih spesifik dan mendalam.
“Sebagai Dokter Spesialis Tulang dan Sendi, saya menyakini jika olahraga yang tepat seharusnya terprogram dengan baik. Sehingga hal-hal yang tidak diinginkan seperti cedera olahraga bisa dihindarkan. Sayangnya, banyak masyarakat yang kurang memahami, sehingga kecelakaan atau masalah-masalah ketika berolahraga seperti cedera tulang atau keseleo, kram atau nyeri sendi setelah berolahraga sering dialami. Kebanyakan sekedar olah tubuh saja, tapi tidak memerhatikan aturan yang semestinya. Misal, harus pemanasan sebelum olahraga dan pendinginan setelahnya, memperhatikan durasi waktu olahraga hingga memperhatikan beban alat yang digunakan. Banyak juga kasus orang meninggal setelah berohlaraga karena tidak memperhatikan kondisi jantung mereka,” papar dokter yang kini juga berkiprah sebagai Orthopaedic Sports Injury di Sport Center.\
Pola Seimbang. Pengalaman dr. Andi yang sukses mengembalikan berat badan ideal, menjadi bukti bahwa menurunkan berat badan dengan tepat maka program yang dijalankan juga harus tepat pula. Yakni dengan berolahraga secara konsisten dan menjalani diet sehat.
“Jangan karena ingin menurunkan berat badan lalu terlalu keras berolahraga dan tidak makan, bukan seperti itu. Melainkan dengan mengatur pola makan. Lewat berpuasa sunnah pun boleh, tapi puasa Senin-Kamis saja sudah cukup. Menyantap makanan enak juga bukan masalah, asalkan diimbangi dengan olahraga, agar ada defisit kalori. Jadi yang keluar harus lebih banyak dari yang masuk, bukan sebaliknya. Supaya tidak ada kalori atau lemak menumpuk dalam tubuh,” tambah dr. Andi.
Dr. Andi juga menyarakan masyarakat untuk lebih menyadari pentingnya berolahraga dan menjadikannya seperti kebutuhan hidup. “Harus ditanamkan dalam diri bahwa dengan berolahraga tubuh bukan hanya sehat tapi juga happy, kualitas tidur lebih nyenyak sehingga bangun lebih bugar. Untuk itu olahraga sepatutnya dilakukan teratur dan konsisten, bukan seperti rekreasi yang hanya dilakukan seminggu sekali. Jadikan olahraga layaknya ibadah yang membuat kita merasa tidak nyaman ketika melewatkannya,” tekan dr. Andi.
Sport Medicine Center. Sesuai background pendidikannya, saat ini selain berkarier sebagai Dokter Spesialis Orthopedic, dr. Andi juga bergabung bersama Divisi Sport Clinic RS RMC Sentul dan Sport Medicine, Injury & Recovery Center RSPI Bintaro Jaya. Seperti namanya, divisi tersebut dibentuk dengan tujuan menjadi pusat penanganan cedera olahraga. Sehingga orang-orang yang mengalami cedera ketika berolahraga bisa tertangani dengan baik dan bisa kembali beraktivitas seperti sediakala.
“Sport Medicine Center sangatlah komprehensif, semua penanganan kita tangani baik yang belum cedera olahraga maupun yang sudah. Dan ada prosedur-prosedur yang harus dijalani. Dimulai dengan tahap diagnostik, kemudian pemeriksaan fisik secara lengkap, setelah itu ke diagnosa. Apabila ketika pemeriksaan terdeteksi cedera fatal yang membutuhkan tindakan operasi, maka akan dilakukan arthroscopy. Yakni tindakan operasi dengan membuat lubang kecil pada bagian yang cedera, supaya pemulihannya lebih cepat dan perawatanya juga singkat. Sehingga pasien, terutama atlet bisa segera kembali berolahraga,” tutur dokter yang berpengalaman dalam melakukan operasi arthroscopy cedera olahraga pada atlet international dan national, yang mampu memberi kesan dan semangat tersendiri baginya.
Ditambahkan dr. Andi, tindakan prosedural juga wajib dijalankan oleh mereka yang memiliki masalah dengan berat badan. Dimulai dengan pengukuran tubuh dan kadar lemak, hingga menjalankan latihan yang fokus menurunkan berat badan, yang tentunya diimbangi dengan pola diet sehat.
“Karena Sport Medicine Center juga menangani pencegahan cedera olahraga, jadi tidak harus menunggu cedera untuk datang. Justru demi mencegah terjadinya cedera maka seharusnya masyarakat datang sebelum memulai olahraga. Supaya memahami bagaimana olahraga yang benar atau seperti apa diet yang sehat,” tegas dr. Andi, yang banyak kedatangan pasien non atlet yang kerap mengalami cedera akibat kurang memahami teknik berolahraga yang tepat.
Dr. Andi sangat menyayangkan tindakan masyarakat yang memilih mengatasi cedera olahraga seperti patah tulang atau keseleo dengan cara massage atau pijat. “Mengurut bagian yang patah atau keseleo dapat merusak jaringan otot. Sehingga bagian yang cedera menjadi bengkak, semakin buruk, bahkan menyebabkan cacat. Jadi, bagi masyarakat khususnya para atlet yang mengalami cedera olahraga, tidak perlu khawatir untuk datang ke Sport Medicine Center. Karena atlet merupakan profesi yang bisa ditanggung oleh asuransi atau BPJS Ketenagakerjaan, jadi bisa mendaftarkan diri,” sarannya.
Perihal usia pasien juga menjadi hal yang sangat diperhatikan Sport Medicine Center. “Meski saat ini banyak orang tua yang melatih anak berolahraga sedari kecil, namun harus diperhatikan penanganannya. Agar masa pertumbuhan mereka tidak terganggu. Untuk itu, Sport Medicine Center melibatkan dokter-dokter yang ahli di bidangnya. Seperti Sp.KO (Spesialis Kedokteran Olahraga), Dokter Rehabilitas Medik, Dokter Orthopedic hingga Fisioteraphis,” jelasnya.
Sesuai Passion. Menjalani karier sesuai passion adalah sesuatu yang sangat disyukuri oleh sosok berkacamata ini. Sehingga ia sangat menikmati setiap tugas yang diemban.
“Banyak orang yang menjalani profesi yang sebenarnya tidak sesuai dengan jiwanya. Contoh, banyak orang yang sekolah kedokteran padahal jiwanya tidak di situ, biasanya sekedar menuruti keinginan orang tua. Tapi karena sudah terlanjur di situ dia berusaha menikmati. Sedangkan apa yang saya jalani ini memang jiwa saya di sini, passion saya di sini. Sehingga saya bisa enyoy dan menganggap pekerjaan bukanlah beban,” tuturnya.
Tak heran, dr. Andi menjadikan karier yang digeluti sebagai jalan untuk membantu sesama. Ketika menemukan pasien kurang mampu, ia tetap memberikan pelayanan terbaik dan mengarahkan mereka menjalani prosedur pengobatan menggunakan BPJS.
“Salah satu faktor penyebab masyarakat memilih menangani cedera olahraga secara tradisional adalah karena khawatir dengan biaya pengobatan yang tinggi di Rumah Sakit. Untuk itu, saya memiliki satu cita-cita, yakni membangun Rumah Sakit Khusus Cedera Olahraga yang hingga saat ini belum ada di Indonesia. Sehingga saya bisa membantu orang yang tidak bisa menjalani operasi karena tidak memiliki biaya,” terang dokter yang juga seorang pengusaha dan memiliki resto spesialis makanan khas Sulawesi Selatan berlabel Aroma Palopo ini. Laili
Sisihkan Waktu untuk Keluarga dan Bersosial
Kesibukan dr. Andi menjalani karier di dua Rumah Sakit berbeda sekaligus pengusaha, tak menghalanginya untuk konsisten menyalurkan hobi. Setiap pagi, sebelum berpraktik ia selalu menyempatkan waktu berolahraga. Ia bahkan masih meluangkan waktu mengontrol bisnis, menikmati hari bersama keluarga dan bersosialisasi dengan dunia luar.
“Saya bekerja maksimal setiap hari Senin hingga Kamis, khusus menangani pasien di Rumah Sakit termasuk jadwal operasi. Kemudian di hari Jumat hingga Minggu fokus ke hobi seperti golf, kumpul keluarga, mengembangkan bisnis hingga bersosialisasi,” ungkap dokter yang saat ini juga menjadi PERSEJASI ini.