MajalahInspiratif.com, Jakarta – Telah memiliki karier yang cukup settle sebagai Dokter Spesialis Gizi Klinik, tak membuat dr. Cut Hafiah Halidha Nilanda, SpGK, FINEM berpuas diri. Hingga detik ini, ia bahkan aktif mengikuti berbagai seminar maupun workshop, guna meng-upgrade kemampuan.
“Buat saya, penting sekali meningkatkan kemampuan terutama yang berhubungan dengan karir yang saya jalani. Mulai dari menambah ilmu dan pengetahuan terkait nutrisi, wellness health dan kesehatan. Bukan hanya fisik saja tapi kesehatan dari dalam juga. Untuk itu saya mengambil beberapa diploma untuk mencapai itu semua. Jadi kesehatan bukan hanya dari dalam, tapi dari luar juga. Bukan hanya terlihat secara fisik tapi terlihat secara mental juga. Bagian wellness inilah yang sedang dan akan saya tekuni,” tutur dokter cantik yang akrab disapa dr. Cut ini.
Dokter kelahiran 24 Agustus ini pun berpesan kepada masyarakat terutama kaum hawa untuk terus berkarya dan mengembangkan diri agar lebih maju. “Buat perempuan atau orang-orang di luar sana, jangan takut untuk berkembang, jangan takut untuk lebih maju dan meng-upgrade diri, agar kita bisa terus berguna untuk diri sendiri, masyarakat dan negara,” tekannya.
Karier Sesuai Passion. Hobi olahraga dan menjalankan pola makan sehat, selaras dengan karier yang saat ini dijalani dr. Cut. Tak heran bila lulusan S1 Kedokteran Universitas Yarsi dan S2 Gizi Klinik di Universitas Indonesia ini, begitu enjoy mengeluti pekerjaannya.
Sejak mengantongi gelar Spesialis Gizi Klinik, ia giat mengikuti berbagai pelatihan terkait gizi dan kesehatan, baik di dalam maupun luar negeri. Sebut saja Fellowship In Nutrition And Environmental Med Soukhyadi India dan Vietnam, serta Sport Nutrition Paifori Bandung dan National Academy Of Sport Medicine (NASM), di AmerikaSerikat.
“Buat saya pencapaian saat ini cukup baik. Saya bisa menjalankan karier yang sesuai passion. Dan ilmu yang saya dapatkan dari spesialis gizi serta beberapa course atau sub spesialis mengenai bidang nutrisi olahraga juga bisa saya aplikasikan kepada pasien-pasien dan ke diri saya sendiri. Sehingga kita bisa membangun hidup yang lebih sehat lagi,” tutur dokter berdarah Aceh ini.
Berikan Penyuluhan Pada Masyarakat. Kesibukan dr. Cut sebagai dokter maupun ibu rumah tangga, tak membuat dirinya mengabaikan orang-orang sekitar. Ia juga meluangkan waktu untuk kegiatan sosial. Bahkan dirinya tak segan menyusuri daerah-daerah terpencil untuk mengedukasi masyarakat secara langsung.
“Saya kerap memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang berada di daerah-daerah yang kesulitan mendapatkan informasi tentang kesehatan maupun gizi, mulai dari gizi anak hingga dewasa. Sehingga mereka mendapatkan informasi yang tepat dan utuh. Bukan sepenggal berita dari media sosial. Sehingga mereka tahu bagaimana teori yang sesungguhnya,” tekan dr. Cut.
Untuk kebutuhan pribadi, pehobi dan pegiat hidup sehat ini selalu mempertahankan pola hidup seimbang. dr. Cut juga menjaga kesehatan mentalnya dengan bersosialisasi dan menghabiskan waktu bersama keluarga, atau sekedar meminum secangkir kopi dan berkumpul dengan teman dekat.
“Saya lebih senang berolahraga dan menjadi anggota Ikatan Dokter Indonesia Bekasi dibandingkan mengikuti arisan. Saya aktif ikut lari 5 km, 10 km dan 21 km. Lebih sering juga menghabiskan waktu untuk treadmill di rumah bersama anak-anak,” ujarnya.
Selain terus menggali potensi diri dengan mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan terkait gizi dan wellness, dr. Cut juga berencana mempelajari ilmu bisnis. Sehingga bisa mengembangkan bisnis restoran menu sehat yang selama ini dijalani.
Merdeka dari Lingkungan Toxic
Menurut dr. Cut, kemerdekaan merupakan kebebasan dalam mengapresiasi semua keinginan tujuan hidup yang bernilai positif, yang berdampak baik terutama untuk diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar yang sangat membutuhkan.
“Merdeka juga bermakna kita bisa mencapai kesehatan mental, sehingga bisa lebih berkembang. Jadi sebelum kita memerdekakan lingkungan sekitar, maka merdekakan dahulu diri kita, untuk menggapai semua yang kita inginkan. Mengolah semua yang kita bisa sehingga dapat dinikmati banyak orang atau untuk bisa dimanfaatkan banyak orang,” ujar perempuan berhijab ini.
Dr. Cut juga menilai bahwasanya dewasa ini masyarakat Indonesia sudah sangat berkembang, maju dan open minded untuk memaknai kemerdekaan. “Saat ini, saya melihat masyarakat Indonesia terutama kaum wanita di luaran sana sudah paham cara memerdekakan diri terhadap lingkungan toxic. Sehingga kedepan bisa lebih maju dan menjadikan diri lebih berguna bagi masyarakat sekitar,” terangnya.
Tingkatkan Kemampuan Guna Hadapi Persaingan
Di era globalisasi seperti sekarang, menurut dr. Cut kita harus mampu bersaing dan memiliki kemampuan yang diolah dari dalam diri untuk meningkatkan kreativitas agar dapat bersaing di segala bidang khususnya di dunia kesehatan yang berhubungan erat dengan masyarakat untuk berinovasi dalam memberikan pelayanan paripurna.
“Kita harus memiliki kemampuan terutama dari segi sosial atau kebudayaan. Jadi jangan sampai kebudayaan yang kita miliki tergantikan dengan kebudayaan Barat yang dianggap lebih canggih. Boleh kita ambil yang bagus-bagus supaya kita lebih maju, tetapi ciri khas kita dari segi budaya dan sosial tetap dipertahankan,” tegasnya.
Dukungan Penuh Keluarga
Diakui dr. Cut, berkarier di bidang medis merupakan arahan dari kedua orangtua yang mendamba salah satu anak mereka menjadi seorang dokter. Tak heran bila dukungan penuh keluarga senantiasa tercurah kepada dr. Cut.
“Saya bersyukur untuk urusan sekolah orangtua selalu mendukung. Saat harus fokus menyelesaikan pendidikan spesialis atau mengikuti berbagi seminar, mereka tidak segan mengasuh anak-anak saya, sehingga saya bisa tenang. Apalagi ibu yang selalu menjadi tempat buat saya mencurahkan masalah yang sulit terpecahkan. Support dan doa mereka sangat berarti bagi saya,” tuturnya.
Selain orangtua, dukungan dari ketika anaknya, yakni Thaya (11 tahun), Manda (6 Tahun) dan Dio (4 tahun) tak bisa diabaikan. Terutama peran putri sulungnya yang selalu mendukung cita-cita dan impian dr. Cut. “Sejak usia 1 tahun, Thaya sudah melihat kesibukkan saya sekolah dan meniti karier di rumah sakit dan klinik, sambil mengisi berbagai acara seputar kesehatan. Dia sangat paham padatnya jadwal saya namun selalu mendukung, bahkan memberikan penilaian,” tambah dr. Cut.
Hubungannya dengan Thaya pun terbilang sangat dekat. Bahkan ketika dr. Cut tengah gundah, sang putri bisa ikut merasakan. “Kontak batin kami sangat kuat, dia bisa tahu saat saya sedih atau lelah. Apalagi tanggal ulang tahun kami juga berdekatan, hanya berbeda 1 minggu. Sejak bayi, Thaya yang terlahir prematur dengan berat badan hanya 2 kg, memang selalu saya bawa kemanapun. Ketika kuliah saya tetap memberikan full ASI kepadanya. Sampai sekarang tidur pun masih sering saya temeni, terkadang hingga dia terlelap. Peran putri saya ini sangat penting buat saya, apa lagi sifat kami mirip. Boleh dibilang dia versi mini me,” terangnya.
Meski berharap kelak sang putri mengikuti jejaknya sebagai dokter, namun dr. Cut memberikan kesempatan Thaya memilih apa yang diminati. “Saat ini saya melihat dia menyukai bidang seni. Ketika ia hobi bernyayi, saya ambilkan les nyanyi. Kalau bosan, kita cari apa yang saat itu tengah ia sukai. Seperti saat ini, ia menyukai theatre, saya daftarkan ke sanggar theatre. Saya selalu mendukung apa yang membuat dia nyaman. Namun, soal pertemanan saya batasi agar terhindar dari pergaulan yang salah. Alhamudulillah, sejauh ini ia selektif memilih teman,” pungkasnya. Laili