Pengusaha

Atta Ul Karim Inspi, Sukses Kembangkan Bisnis Karpet hingga 26 Cabang

Bagikan:



MajalahInspiratif.com, Jakarta – Tekad dan kerja keras Atta Ul Karim Inspi membangun bisnis dari nol di Indonesia tak sia-sia. Pria asal Pakistan ini membuktikan dirinya sukses di negara lain. Kesuksesan bagi Atta adalah jika ia bisa memberikan manfaat bagi banyak orang.

Sejak remaja, Atta Ul Karim Inspi sudah memberanikan diri untuk berbisnis. Setelah lulus dari Junior High School (setingkat SMP) di usia 14 tahun, Atta merantau dari Pakistan ke Indonesia dan membantu usaha ayahnya membuka toko di ITC Fatmawati, Jakarta Selatan, yang menjual alas meja, sarung bantal, selendang, hingga karpet.

“Waktu itu saya seharusnya masih sekolah ya, tapi saya trauma karena pernah dibully, jadi malas ke sekolah. Ibu saya menyarankan lebih baik saya pergi ke Indonesia dan fokus berdagang,” kenang pria kelahiran Sargodha, Pakistan, 18 April 1993 ini.

Di Indonesia, Atta mulai belajar berbisnis dari ayahnya dari nol, seperti belajar mengenal mata uang Rupiah dan nilainya. “Saat itu saya belum tahu nilai mata uang Rupiah, saya nggak tau itu Rp 13 ribu atau Rp 130 ribu atau Rp 13 juta atau Rp 130 juta atau Rp 13 miliar, saya nggak mengerti sama sekali angkanya,” ujarnya mengenang.

Atta sempat merasakan sulitnya hidup ketika pertama kali datang ke Indonesia. “Saya makan seadanya, dulu Ayah pernah beberapa kali beli mie goreng sebagai lauk pendamping nasi, satu bungkus mie dibagi dua, setengahnya direbus untuk lauk makan siang dan setengahnya lagi untuk lauk makan malam, tapi tetap kita harus bersyukur dan jalani dengan tulus karena sudah diberikan rezeki,” ucapnya mengenang.

Seiring berjalannya waktu, bisnis yang dijalankan Atta dan ayahnya berkembang hingga sukses membuka cabang baru di Blok M Jakarta, Surabaya, Makassar, Medan, Pekanbaru, Semarang, Balikpapan. “Alhamdulillah sekarang sudah ada 26 cabang, tapi saya nggak pernah bangga punya banyak toko. Saya selalu bangga saya punya banyak teman baik supaya banyak orang yang mendoakan saya. Kalau cabang itu kan rezeki, tapi saya lebih menikmati punya banyak teman dan saudara ya. Kalau kita sakit yang mendoakan kita itu saudara dan teman- teman kita, bukan mobil mewah, bukan rumah mewah, bukan karpet mewah. Jadi kita harus banyak teman yang baik buat kita. Kalau kita cuma memikirkan diri sendiri cuma dapat nasib kita saja. Tapi kalau kita memikirkan untuk banyak orang dapatnya akan lebih banyak lagi, jadi jangan sampai memikirkan diri sendiri saja,” papar Atta.

Bisnis karpet yang dibangun Atta tak lepas dari berbagai tantangan. Ia pun pernah merasakan usaha yang dibangunnya dari nol sempat jatuh, namun ia tetap bersyukur. “Banyak orang sedih kalau lagi jatuh- jatuhnya ya. Bagi saya lagi jatuh-jatuhnya itu tetap saya syukuri. Saya memulai semuanya dari nol banget ya jadi sudah merasakan susahnya, kecuali kalau kita bangunnya sudah gede, kalau pas jatuh sedih,” terangnya bijak.

Makna kesuksesan bagi Atta adalah ketika hidup kita bermanfaat bagi banyak orang, untuk umat, saudara, keluarga dan teman-teman. Jangan hanya memikirkan diri sendiri. Ia pun tetap rendah hati dan ramah terhadap orang-orang yang dikenalnya. “Saya nggak pernah berubah sikap dengan orang yang sudah kenal saya dari dulu. Dari saya masih susah saya selalu rangkul mereka. Biasanya kalau orang sukses banyak yang mengaku teman, tapi begitu kita lagi berjuang nggak ada yang dekat,” jelasnya.

Atta juga tak pernah memamerkan hasil kesuksesannya di sosial media. Menurutnya, posting di sosial media cukup bagus karena sangat berpengaruh di era digital. Apa yang kita tunjukkan di sosial media itu adalah image kita. “Kalau kita posting yang baik-baik maka itu akan menjadi baik, tapi kalau malah sebaliknya itu akan berdampak yang sama. Saya di sosial media selalu tunjukkan ke saudara-saudara saya, teman-teman saya bukan apa yang saya miliki. Saya nggak pernah tunjukkan harta saya, rumah saya, tapi saya selalu tunjukkan yang sederhana,” terang pria yang hobi fotografi dan jalan-jalan ke pantai ini.

Dalam menyikapi persaingan, Atta percaya bahwa rezeki sudah diatur Allah. Kita tetap berfikir positif terhadap Allah maka rezeki juga semakin banyak. Ia berprinsip untuk menerima apa adanya dan selalu memperbanyak pertemanan maupun relasi. Selama kita jujur, amanah, pasti berhasil. “Jadi nggak boleh begitu-begitu saja, harus ada perubahan, harus dengan sesuatu yang baru dengan ilmu yang baru,” jelasnya.

Atta juga menjalankan aktivitas bisnisnya secara tulus karena ia merasa bahwa bisnisnya adalah passion-nya.  “Untuk bisa tulus pasti kita harus sesuai passion juga. Kalau kita sudah tulus dan sesuai passion pasti hasilnya luar biasa. Mulai saja dulu, kalau kita langsung memikirkan targetnya dan hasil akhirnya bagaimana, itu yang membuat kita cape. Lebih baik dijalani dengan tulus dan dengan semangat serta hal-hal positif, Insya Allah pasti di akhirnya akan ada hasil yang luar biasa baik,” paparnya bijak.

Ke depan, Atta ingin mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama FORSIFAKINDO (Forum Silaturrahmi Pakistan Indonesia) dan para anggota dapat bertukar budaya. “Walaupun beda negara Indonesia-Pakistan tetap satu payung ya payungnya itu Islam, nanti pertukaran budaya youtuber Indonesia akan ke Pakistan dan youtuber Pakistan akan ke Indonesia, tiktokers juga begitu, termasuk kyai-kyai dan mahasiswa-mahasiswi,” harap pria yang saat ini menjadi Ketua FUSI PAKINDO.

Atta berharap bisa berkolaborasi dengan orang yang memiliki skill untuk bisa mengembangkan organisasi yang direncanakannya. “Saya sangat menghargai budaya Indonesia,saya jadi orang sukses karena negara Indonesia. Berkat doa orang Indonesia-lah saya bisa sukses di Indonesia. Tanpa doa orang Indonesia saya nggak ada apa- apanya. Bukan karena saya nggak bisa sukses di negeri saya juga, tapi karena orang Indonesia maka saya bisa tambah sukses lagi,” papar Atta yang sudah tinggal di Indonesia selama 16 tahun.

Atta juga berencana membuat program membantu masyarakat tidak mampu untuk memiliki usaha, sesuai skill atau keterampilan. “Misalnya ada yang pintar masak nasi goreng maka kita akan bantu modal untuk buka warung nasi goreng. Nantinya bantuan modal bisa diangsur setelah usahanya berjalan. Tujuannya agar mereka tidak menjadi malas untuk bekerja dan tetap ada tanggung jawabnya. Meskipun sebenarnya niat kita nggak begitu, kita benar-benar ikhlas memberikanmodal dengan gratis,” terangnya.

Kepedulian sosial Atta terhadap UMKM cukup tinggi. Selama ini dari hasil usahanya Atta menyisihkan rezekinya untuk membantu masyarakat yang mau berjuang dalam menjalankan usaha. Tak heran ia mendapat penghargaan sebagai The Great CEO Award 2023 dan The Great CSR Awards 2023 dalam kategori The Most Charitable Manufacturer. “Saya melakukan itu secara diam-diam nggak pernah dipublish dan itu tujuannya supaya pahala mengalir terus,” ujarnya.

Terapkan Prinsip Hidup Selalu Bersyukur dan Tidak Sombong

Dalam hidupnya, Atta bersyukur dibimbing orang tua dalam menjalankan bisnis hingga sukses. Kini tanggung jawab terhadap orang tuanya lebih besar karena harus menjaga eksistensi bisnis dan terus mengembangkannya.

“Ada orang seumuran orang tua saya bilang kamu harus bersyukur orang tuamu sudah membangun pohon buat kamu, tinggal kamu petik saja buahnya. Kamu harus berterima kasih ke orang tua kamu, Alhamdulillah orang tua saya sudah membesarkan pohon itu  dan sekarang tanggung jawab terhadap orang tua saya lebih besar karena saya harus menjaga dan merawat pohon itu,”terangnya.

Prinsip hidup yang diterapkan pada diri Atta adalah harus selalu bersyukur dan tidak sombong. “Kita harus tahu diri karena kalau kita sudah lupa diri kita akan merasa sombong, dan jangan lupa dengan saudara, keluarga dan teman- teman kita, karena kita sukses berkat doa dari mereka,” tambah Atta yang juga suka hobi badminton.

Menurutnya, kebaikan harus ditanamkan pada semua orang, dan orang lain juga akan berbuat baik kepada kita. “Kalau kita bertemu orang, sikap kita baik dan sopan, otomatis nanti orang itu juga akan baik dengan kita. Kalau dia nggak suka sama kita ya itu sudah hak dia, kita nggak bisa memaksa dia harus suka sama kita. Saya juga pernah ditipu orang ratusan juta rupiah tapi saya tetap baik sama dia. Kita nggak perlu balas semuanya, serahkan saja pada Allah nggak perlu kita yang atur,” pungkasnya bijak.

Bagikan:

Bagikan: